Jumat, 05 Februari 2010

silence is the gold

Penganut pragmatisme menghargai sikap diam dengan sebutan silence is the gold diam adalah emas. ungkapan ini berasal dari dunia hedonis, barat. Tetapi dalam dunia Islam, sikap diam justeru banyak memiliki makna. Yang paling populer terucap langsung dari Rasulullah saw. Beliau justeru meletakan nilai diam dalam kaitannya dengan konstruksi keimanan seseorang, seperti terekam dalam sabda Beliau "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam saja."

Dalam kosa kata dunia tasawuf, diam disejajarkan dengan pencapaian hikmah dari Allah swt, sebuah maqam yang menjadi harapan penganut aliran ini. Nabi Ibrahim AS disebut sebagai hamba dengan banyak hikmah, Beliau juga digambarkan sebagai penjuru para Hukama.

Apakah sikap diam hanya milik para Nabi, Hukama, penganut aliran tasawuf atau tariqat saja? tentu tidak. Para pemimpin negeri ini adalah penerus perjuangan para nabi, hukama, sufi, mereka wajib mewarisi sikap, pola hidup, visi kepemimpinan serta memandang persoalan yang dialami bangsa ini dengan sikap arif. Itulah sebabnya diam oleh baginda Rasul diletakkan pada peringkat amat tingg, dan islam sungguh menilainya sebagai salah satu bentuk benar tidaknya keimanan seseorang kepada allah dan Hari akhir.

Sahabat Uqbah Ibn Amir bertanya," Wahai Rasulullah, Apkah keselamatan itu?. Rasul menjawab, " Jagalah lidahmu, menangislah untuk dosa-dosamu." riwayat lain menyebutkan, sebaik-baik manusia adalha jika manusia lain aman dari lidahnya. Tapi seorang sufi besar, Bisyr al-Hafi mengatakan, " apabila diam menyenangkanmu, maka bicaralah. Apabila berbicara menyenangkanmu maka diamlah."

Dalam konteks indonesia terkini, diam amat penting dilakukan para pemimipin kalau tak mampu lagi berkata baik. tapi jika masih mampu berkata-kata baik, maka sikap ini harus menjadi pola hidupnya dalam memimpin.

Dunia ketata negaraan bangsa ini, diramaikan hujan kata-kata. Boleh jadi langit nusantara tidak lagi di jejali polusi sudah tergeser oleh jutaan kata-kata bergelimang dosa. Sejujurnya, pemimpin adalah pemberi raa aman. Ajaran soal diam bukan semata-mata milik kalangan pencari hikmah yang berdiam dipojok-pojok masjid atau rumah ibadah lainnya.

Ibnu Mas'ud berkata, " Tidak ada satupun yang patut diikat berlama-lama lebih dari lidah." Bahkan Imam Al-ghazali mengisyaratkan betapa kuatirnya Allah atas sepotong daging bernama lidah, karena besarnya akibat yang ditimbulkan, Taka ada tawanan manapun yang paling ketat penjagaannya kecuali lidah. Tak cukup hanya dua bibir, Allah bahkan menambah lagi dengan penjagaan dua deretan gigi yang amat kuat. Itupun lidah masih sempat lepas tak terkendali.

Wallahu A'lam Bish-showab

Sabtu, 23 Januari 2010

THERAPI SUKSES


Hanya untuk direnungkan saja. Tulisan ini istant. Iseng iseng buka Email, kebetulan ada tawaran dari Buka Mata Hati. Ternyata, terbuka juga mata hatiku untuk menulis. Karena tulisan ini hanya instant, ya mungkin tidak pantas untuk dijadikan referensi, sekedar direungkan saja.

TERAPI SUKSES

Ketika ada orang yang kita anggap sukses, kita selalu bertanya dalam hati, atau bahkan bertanya langsung. Apasih rahasianya? Menurut saya, sedikit sekali orang sukses yang mau berterus terang tentang rahasia kesuksesannya. Menurut saya lagi, pertanyaan tersebut juga tidak perlu dilontarkan, karena kesuksesan seseorang sangat relative sekali. Belum tentu kiat yang digunakan oleh seseorag sehigga mejadikannya sukses juga bisa diterapkan oleh orang lain dengan kesuksesan yang sama.

Sukses atau tidak, sebenarnya, tergantung dari sudut pandang siapa kita melihat. karena, sekali lagi, kesuksesan itu relative. Sebaiknya, tanyakan dulu pada diri anda sendiri, tentang kesuksesan yang anda inginkan dari action yang sudah anda lakukan. Singkatnya, kalau anda sudah mendapatkan atau mencapai target yang sudah anda tentukan, atau bahkan hampir mencapai target, ukurannya juga sudah sukses.

Menurut pengalaman, atau hanya sekedar pemantauan, karena maaf, saya juga belum tentu sudah sukses, meskipun orang lain menganggap seperti itu (heheheheh, sombong sedikit), kesuksesan adalah kepuasan. Ketika kita sudah dapat menikmati dari apa yang sudah kita lakukan, dan dapat kita tularkan kenikmatan itu pada orang orang di sekitar kita maka itu berarti bisa dikatakan sukses.

Berikut ini, saya ingin berbagi tentang kiat sukses, saya menyebutnya therapi sukses, karena harus dilakukan terus menerus, secara berkala, sampai waktu yang tidak ditentukan. Mudaha-mudahan bermanfaat bagi blogger, pembaca, atau siapapun yang sempat membaca tulisan ini :

1. Jadilah diri Anda Sendiri, jangan berusaha meniru orang lain yang belum tentu baik bagi diri anda.
2. Begembiralah. Anda harus bisa menghibur diri sendiri dan orang lain di sekitar anda. Selalu tersenyum, dan hindari raut wajah 'malaikat malik' (kata teman saya begitu)
3. Sekecil apapun ide anda menurut anda, lakukanlah dengan penuh perencanaan, keiklhasan, dan optimis; yaqin.
4. Sabar dan menyadari bahwa apapun yang dilakukan pasti akan mendapatkan hasil.
5. Yakini bahwa apapun yang anda lakukan sekarang pasti akan mendapatkan hasil sesuai yang anda inginkan.
6. Percaya bahwa tuhan membagi rejeki kepada hambaNya kadang sekaligus, kadang diberikan sedikit demi sedikit. jika rejekinya hari ini dapat sedikit, maka besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau kapanpun, anda akan menerimanya sesuai denga apa yang telah anda lakukan.
7. Jangan pernah menyerah, hindari berkeluh kesah, anggap saja hal hal yang membuat anda kecewa itu adalah cobaan atau sedikit rintangan yang tidak akan menghambat tujuan dan pencapaian target yang diinginkan.
8. Berdo'alah, mintalah kepada tuhanmu, apa saja keinginan, harapan, dan tujuan yang ingin dicapai.
9. Hindari perasaan iri, dengki, dan sejenisnya.
10. Terbuka dengan siapapun, dan tidak menaruh perasaan curiga, was was, atau negative thinking.
11. Berhitunglah, sudah berapa waktu yang anda buang, berapa uang yang anda keluarkan, dan berapa ide yang sudah anda terapkan.
12. Bersyukur, apapun hasilnya.

Inilah selusin therapi sukses ala Itang. Kalo baik menurut anda silahkan ditelan, kalo tidak, muntahkan saja, karena anda akan beranggapan bahwa "ngomong aja gampang, melaksanakannya susah", kira kira begitu. Kalo seperti itu, berarti anda belum terbuka, tidak dapat menerima saran orang lain, selalu memandang sesuatu dari sudut padang sendiri, dan memberi kesimpulan sendiri, kalo begitu selamat gagal.

Kok kepanjangan, uda dulu ya. oh ya, Thanks tuk Ibnu Lahuseng, jangan menyesal ya. Anggap ini silaturrahmi. Sekian.

Kamis, 21 Januari 2010

KEBAJIKAN HATI

Seorang teman bercerita ia sangat gelisah dengan kehidupannya saat ini. Walaupun saat ini ia berkecukupan, ia selalu merasa was-was tentang apa yang ia peroleh. Ia takut kalau-kalau apa yang ia peroleh itu adalah sesuatu yang tidak halal yang mendatangkan kemurkaan Allah. Ia bertanya, “Apa yang harus kulakukan?”

Hamba itu berusaha menjawabnya, ia ingat akan sebuah kisah sahabat Rasulullah Saw yang bernama Wabishah bin Ma’bad ra. Ia menuturkan kisah pribadinya bersama Nabi. “Pada suatu kesempatan, aku berkunjung ke rumah Rasulullah. Belum lagi aku mengemukakan pertanyaan yang aku pendam, Nabi mendahuluiku dengan bertanya kepadaku, ‘Apakah engkau datang ke sini untuk menanyakan tentang kebajikan (al-birru)?’ Aku menjawab, ‘Betul wahai Rasul.’ Kemudian Rasulullah menyampaikan, ‘Mintalah pertimbangan kepada hatimu. Kebajikan itu (al-birru) adalah segala sesuatu yang jiwa dan hati merasa tenteram (bila melakukannya). Adapun keburukan (al-itsmu) adalah segala sesuatu yang terbersit pada nafsumu namun hatimu ragu (untuk melakukannya) meskipun banyak orang mendukungmu untuk melakukannya’ (HR Ahmad)

Dalam kesempatan yang lain Rasulullah Saw pernah menyampaikan, “Al-birru adalah budi pekerti yang baik dan al-itsmu adalah segala sesuatu yang terbersit dibenakmu, dan engkau tidak suka bila hal itu diketahui oleh orang lain.” (HR Muslim)

Hati adalah sebuah sensor kendali dari moral seorang hamba. Hati tidak akan dapat tertipu oleh sebuah keburukan karena pastilah keburukan akan menyebabkannya meronta dan mendatangkan kegelisahan yang dalam. Tidaklah ada sebuah kehidupan yang abu-abu. Semua terasa jelas mana yang merupakan kebajikan dan keburukan.

Allah berfirman di dalam Al Quran, “Katakanlah: ‘Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyak yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS Al Maaidah [5]:100)

Dalam kehidupannya, seorang hamba Allah terkadang bersikap menafikan kebenaran. Ia selalu memakai akalnya tapi tidak dengan hatinya. Ia abaikan segala bisikan-bisikan hati itu sehingga getarannya tidak pernah terasa sampai dapat merubah perilakunya. Terlebih jika ia memiliki kekuasaan yang besar dan harta yang banyak. Dua hal ini adalah modal yang cukup baginya untuk menganggap segala tindakan dan prilakunya adalah benar. Orang-orang disekitarnya seperti istri, anak-anaknya dan orang-orang yang bekerja kepadanya selalu dianggapnya sebagai pendukung yang setia terhadap apapun keputusannya. Ia sadar bahwa mereka tidak akan mungkin membantahnya karena kehidupan mereka selalu bergantung kepadanya.

Allah menjawab orang-orang yang seperti ini dengan firmannya di dalam Al Quran, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya? Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutup atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al Jaatsiyah [45]:23)

Rasulullah mengajarkan sebuah doa yang selalu dibaca oleh Nabi dibanyak kesempatan dalam menjalani hari-hari kehidupannya, “Wahai Dzat Yang Maha Berkuasa membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu.” (HR At Tirmidzi)


Wallahu a’lam bissawab.

Rabu, 20 Januari 2010

EMPATI

Suatu hari pada musim haji, Abdullah bin Mubarak yang sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci tertidur di Masjidil Haram. Dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan seorang malaikat yang memberitahunya bahwa ibadah haji umat Islam tahun itu diterima Allah hanya karena kebaikan seorang tukang sepatu. Sehabis itu Mubarak terbangun. Betapa penasarannya beliau dengan mimpi itu dan betapa penasarannya beliau dengan tukang sepatu yang diceritakan malaikat dalam mimpinya itu. Apa gerangan yang dilakukan tukang sepatu itu sehingga menyebabkan ibadah haji seluruh umat Islam tahun itu diterima Allah? Beliau lalu mencari tahu siapa gerangan tukang sepatu itu dan dimana tempatnya.

Hingga akhirnya beliau berhasil menemui tukang sepatu dan meminta cerita apa amalan yang dilakukannya sehingga mengantarkan diterimanya ibadah haji seluurh umat Islam tahun itu? Lalu tukang sepatu itu pun menceritakan ihwalnya, bahwa dia bersama isterinya selama 30 tahun berencana untuk naik haji. Selama itu tiap hari, minggu dan bulan dia menabung dan mengumpulkan uang untuk biaya naik haji dari jasa membuat dan memperbaiki sepatu.

Tahun ini tabungan hajinya bersama isteri sudah cukup dan dia berencana untuk naik haji. Namun apa yang terjadi?

Suatu hari isterinya mencium bau harum masakan dari tetangganya. Karena penasaran dengan harum masakan itu isteri tukang sepatu itu memberanikan diri menghampiri tetangga dengan maksud ingin meminta sedikit masakan sekedar ignin mencicipinya .

"Wahai tetangga yang baik, hari ini saya mencium harumnya masakanmu, bolehkah saya mencicipi barang sedikit?" pinta isteri tukang sepatu itu kepada tetangganya.
"Tuan puteri yang baik, masakan ini tidak halal bagimu", jawab tetangga.
"Mengapa tidak halal?" tanya isteri tukang sepatu itu dengan penasaran.

"Daging yang kami masak adalah bangkai yang kami temukan di jalan. Kami tidak tega melihat anak-anak kami kelaparan. Kami sudah banting tulang mencari makanan yang lebih baik, tapi kami tidak menemukannya. Akhirnya hanya bangkai ini yang kami temukan, lalu kami masak biar anak-anak dan keluarga kami tidak semakin menderita"

Mendengar cerita itu, isteri tukang sepatu itu sepontan pulang dan menceritakannya kepada suaminya. Si tukang sepatu tanpa banyak bicara segera membuka tabungan haji yang dikumpulkannya selama 30 tahun dan dibawanya ke rumah tetangga. "Wahai tetangga yang baik, ambillah semua uang ini untuk keperluan makan kamu dan keluargamu, ini lah haji kami", kata tukang sepatu itu.

Perbuatan mulia tukang sepatu itulah yang dijadikan Allah sebagai penyebab diterimanya amalan ibadah haji seluruh jamaah haji tahun itu.
****

Kisah di atas, menceritakan betapa hati yang mulia dan baik selalu mendapatkan tempat yang mulia di mata Allah. Hati yang baik mengantarkan kepada pemiliknya kepada perbuatan yang baik dan terpuji. Hati yang baik mendatangkan pahala dan karunia Allah tidak hanya untuk si pemiliknya, namun juga untuk seluruh umat manusia. Benarlah kata Rasulullah "Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah, kalau itu baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh".

Hati yang mulia bukanlah sekedar karunia dari Allah yang diberikan kepada orang-orang tertentu saja, namun hati yang baik juga bisa didapatkan dengan latihan dan pendidikan. Salah satu cara untuk mendapatkan hati yang baik adalah dengan senantiasa membuka komunikasi hati dan Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Baik, maka siapapun yang selalu berkomunikasi kepdaNya akan mendapatkan pancaran kebaikan. Semoga kita dikarunia hati yg baik

RENUNGAN

Kami salinkan sebuah kisah yang dimuat dalam Tafsir Al Azhaar, buah tangan Buya Hamka - Allahu yarham - Surah Ali Imran ayat 92, Juz IV***

Di dalam kitab Ihya 'Ulumuddin, Imam Ghazali pun menceritakan riwayat Abdullah bin Ja'far yang terkenal dermawan itu. Beliau adalah putera dari Ja'far bin Abu Thalib, pahlawan yang tewas dalam perang Mu'tah.

Suatu kali dia berjalan-jalan pergi memeriksa kebun-kebunnya.
Karena hari panas, berhentilah dia melepaskan lelah pada sebuah kebun kepunyaan orang lain. Di sana ada penjaganya seorang budak hitam.Sedang hari panas terik itu, tiba-tiba masuklah seekor anjing ke pekarangan kebun itu, sedang lidahnya sudah hampir terjela, karena haus dan laparnya.

Digoyang-goyangkan ekornya menghadap kepda budak hitam itu minta dikasihani. DI tangan budak hitam itu ada tiga buah roti. Lalu dilemparkannya sebuah. Anjing itu memakannya sampai habis. Setelah habis dia menengadah lagi, meminta lagi.

Dilemparkannya pula sepotong lagi, dan dimakan habis lagi oleh anjing itu. Dan dia menengadah lagi, meminta lagi. Lalu dilemparkannya pula, roti satu-satunya yang masih tinggal dalam tangannya dan tidak ada lagi yang lain. Anjing itu pun sudah kenyang, lalu meninggalkan tempat itu. Sedang budak hitam tadi, tidak lagi mempunyai persediaan roti, telapak tangannya telah disapukannya ke celananya.Abdullah bin Ja'far lalu memanggil budak itu dan bertanya,
"Hai Anak ! Berapa engkau mendapat pembagian makanan dari tuanmu satu hari ?"Anak itu menjawab,"Sebanyak yang bapak lihat itulah." (tiga potong roti).
Beliau bertanya pula,"Mengapa lebih kau pentingkan makanan buat anjing itu daripada dirimu sendiri ?"Dia menjawab,"Hamba lihat anjing itu bukanlah anjing sekeliling tempat ini. Tentu dia datang dari tempat jauh, mengembara karena kelaparan.

Maka tidaklah hamba sampai hati melihatnya pergi dengan lapar dan tidak berdaya lagi."Beliau bertanya,"Apa yang engkau makan hari ini ?"Budak itu menjawab,"Biar hamba pererat ikat pinggang hamba."Mendengar jawaban yang demikian, termenunglah Abdullah bin Ja'far dan berkatalah ia kepada dirinya sendiri,"Sampai dimana aku dikenal sebagai seorang pemurah dan dermawan, padahal budah ini lebih daripadaku.

Bersedia dia memberikan makanan yang akan dimakannya satu hari, hanya karena tidak tahan melihat seorang anjing yang nyaris mati kelaparan."Lalu dimintanya kepada anak itu supaya ditunjukkan rumah orang yang punya kebun yang dipeliharanya itu. Setelah bertemu orang itu, ditawarnyalah kebun itu. Setelah cocok harganya, langsung dibayarnya.
Lalu ditawarnya pula budak penjaga kebun itu dan setelah cocok harga dibayarnya dan dibelinya pula segala alat perkebunan itu. Setelah selesai semua, kembaliah dia ke tempat budak itu, lalu katanya," Kebun ini telah kubeli dari tuanmu yang lama dan engkaupun telah kubeli pula.
Mulai saat ini engkau aku merdekakan dari perbudakan dan kebun ini aku hadiahkan kepadamu. Hiduplah engkau dengan bahagia di dalam memelihara kebunmu ini.
"Tercengang dan terharu budak itu memandang kedermawanan yang demikian tinggi, padahal bagi Abdullah bin Ja'far masih dirasakan, bahwa kedermawanan budak itu masih lebih tinggi dari pada kedermawanan dirinya sendiri.***Ayat itu berbunyi :

Sekali-kali tidaklah kamu akan mencapai kebaikan, sebelum kamu mendermakan sebagian dari harta yang kamu sayangi. Dan apa jua pun yang kamu dermakan itu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui(Al Quran Al Kariim Surah Ali Imraan ayat 92)Maha Benar Allah dengan Segala Firman-Nya